Share dari Mas Andre Raditya
Belum lama ini saya diundang untuk mengisi ceramah di salah satu masjid di Banjarmasin. Saya sungguh merasa tak pantas sebenarnya untuk berkisah di atas mimbar sementara dosa diri masihlah banyak. Saya pun tidak sesempurna yang sahabat semua bayangkan. Hanya karena Allah masih menutup segala aib saya sajalah, maka yang baik tetap nampak baik. Namun, karena permintaan ini tak sanggup untuk saya tolak karena keinginan kuat mereka untuk belajar, maka saya pun berangkat.
Sesampainya di sana, saya pun mengurungkan niat untuk mengajar. Saya menyadari kekurangan ilmu diri dan kurang matangnya hidup ini. Sehingga saya pun memutuskan untuk sekedar berkisah tentang kekuatan sholat sunnah saja.
Begitu amanah selesai saya tunaikan, ada seorang bapak dari salah satu jamaah yang mendekat dan memperkenalkan dirinya. Dari obrolan kami, saya jadi tahu bahwa si bapak tadi adalah seorang yang bangkrut. Paling tidak sebelum 2 tahun yang lalu. Saking bangkrutnya, selama 14 tahun terakhir, beliau tidak mampu menafkahi istrinya. Padahal dulunya, beliau adalah salah satu pemimpin tinggi perusahaan daerah di Banjarmasin sana.
Singkat cerita, pada usaha-usaha terakhirnya untuk bangkit kembali, beliau pun melakukan “Positioning” kepada Allah sebagai pelengkap ikhtiarnya. Oiya, sebelum lupa, pada saat beliau bercerita ke saya, beliau ini berprofesi sebagai penjual nasi bungkus.
Lalu apa yang membuat saya berkeinginan untuk menceritakannya? Adalah kisah beliau membangun pipa rejekinya lah yang membuat saya terpukau. Dari sejak hari pertama beliau membuka warungnya, dipasanglah sebuah spanduk MMT bertuliskan, “Target Sedekah 100 Juta”.
Waduh…!! gak salah nih bapak. Bukannya lagi bangkrut? Bukannya Cuma jualan nasi bungkus? Ngapain nyusahin diri dengan membuat target besar di suatu amalan yang sunnah, yang kalau nggak dilakukan pun juga tidak berdosa.
Saudara boleh bingung, tapi inilah cara beliau mengambil posisi di mata Allah. Beliau langsung pede nyuri perhatiannya Allah dengan niat besar. Memang begitulah, barangsiapa yang menyempurnakan niatnya, maka Allah pun akan menyempurnakan pertolonganNya. Dan benarlah, dalam 2 tahun terakhir, hanya dari berjualan nasi bungkus saja, beliau kembali berjaya dan telah mampu bersedekah ratusan juta sesuai dengan tulisan di spanduknya. Dan saat beliau berkisah, sekarang telah ditingkatkan target sedekahnya menjadi 1 Milyar.
Kita malu, harus malu. Kita yang sok keren ini paling yang ditargetkan Milyaran baru cuma bisnisnya, baru cuma omsetnya. Lha ini??? penjual nasi bungkus pake tenda doang saja berani menargetkan sedekah 1 milyar. Kurang malu apa kita harusnya.
Maka saya pun tahu, kenapa saya diperjalankan oleh Allah ke kota Banjarmasin. Rupanya Allah meminta saya untuk mengambil hikmah ini untuk Anda. Luqman al-Hakim berwasiat kepada puteranya: “Wahai anakku! pelajarilah hikmah dan berbanggalah dengannya, karena hikmah menunjukkan seseorang kepada agama, memuliakan seorang hamba atas orang merdeka, meninggikan orang miskin atas orang kaya, dan mengedepankan yang kecil atas yang besar.”
Dan saat itu saya pun takjub dengan kisahnya. Belum selesai takjub saya, beliau pun menambahkan sebuah informasi lagi tentang amalan rahasianya. Yang beliau yakini, ini adalah kunci suksesnya kembali. Yaitu, selama 2 tahun belakangan, beliau tidak ninggalin Tahajud.
Penasaran alasannya, saya pun bertanya kenapa tahajud yang dipilihnya. Beginilah jawabannya:
“Saya ini kan pedagang mas, kalau sholat dhuha nggak sempet. Buka dari ba’da shubuh sampai dzuhur. Maka saya pilih tahajud sekalian bangun nyiapin buat jualan. Lagi pula, tahajud itu lebih hebat dari malam Lailatul Qadar. Kalau Lailatul Qadar, Allah perintahkan malaikat untuk turun. Tapi kalau sepertiga malam, Allah sendiri yang turun ke langit dunia menemui hambaNya. Jadi saya berpikir, Tahajud ini lebih hebat dari malam Lailatul Qadar“.
Subhanallah, belum habis takjub saya dengan kisah sedekah dan bangkitnya. Kini lagi, saya dibuat takjub dengan ilmu yang Allah antarkan kepada saya. Pantaslah Allah ingin saya berangkat. Karena sejatinya, hari itu, bukan saya yang ngajar, tapi saya lah yang belajar.
Kita ini sering menunggu malam Lailatul Qadar yang belum tentu pasti di dapati, tapi kita lupa untuk mendawamkan apa yang jelas dan pasti. Mari tahajud, dan jadikanlah sebagai nafasmu. Maka dunia pastilah melayani segala kebutuhanmu.
Maka tak salah jika saya pernah menulis, “Jika impianmu tidak mampu membuatmu bangun malam dan mendirikan tahajud, maka impian itu tidaklah seserius yang engkau inginkan”.
Salam, Andre Raditya
Wallahu’alam..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar