Cari Blog Ini

Everything Can Be

Rabu, 18 Maret 2015

Jika Sakitnya Sampai Ke Hati, Pantaskah Untuk Marah ????


Marah adalah pekerjaan yang mudah, tinggal melampiaskan isi hati, apakah dengan perbuatan atau ucapan atau tulisan. Terlebih lagi tatkala marah tersebut timbul karena hati kita yang tersakiti...apalagi disakiti oleh orang yang dekat dengan kita...disakiti oleh orang yang sangat kita cintai...!!!!

Ternyata orang yang marah itu ada 4 tipe, ada yang terbaik dan ada yang terburuk :
"Manusia dalam hal ini (marah dan membela) ada 4 goloongan :"

1. Diantara mereka ada yang membela dirinya dan membela Rabb-nya, yaitu orang yang memiliki agama (yang kuat) disertai kemarahan.

2. Diantara mereka ada yang tidak membela dirinya dan membela Rabb-nya, yaitu orang yang jahil dan lemah agamanya.

3. Diantara mereka ada yang membela dirinya sendiri, bukan untuk membela Rabb-nya .. ini adalah orang dengan golongan yang terburuk.

4. Adapun yang sempurna adalah orang yang membela hak Rabb-nya dan memaafkan yang berkaitan dengan haknya. (Majmuu' Al-Fataawa 30/369).

Nah, sekarantg mari kita renungkan, termasuk golongan manakah kita ? Ada orang yang marah atau membantah dengan mengatas namakan agama, seakan-akan dia sedang membela dan memperjuangkan sunnah, akan tetapi ternyata dia sedang membela dirinya sendiri, sedang tidak ingin pamornya jatuh..mengharuskan dia untuk membantah, marah dan bila perlu mencaci lawannya. Dan ini adalah termasuk golongan yang terburuk.

Seseorang bisa merasakan perbedaan antara marah karena Allah ataukah marah karena pribadi namun dibungkus dengan "karena Allah".

Orang yang marah karena Allah, berarti dia telah melakukan ibadah yang mulia, maka setelah dia melakukan ibadah tersebut maka pasti dia akan merasakan tambahan iman, ketenangan diri, lebih khusyuk sholatnya, ibadahnya. Karena ini semua adalah dampak positif dari beribadah kepada Allah, diantaranya adalah "marah karena Allah."

Berbeda jika seseorang marah karena hawa nafsunya dan bukan karena Allah, dan dia sengaja membungkus kemarahannya dengan "karena Allah", maka setelah dia melakukannya, dia akan merasakan sesaknya hati, sholat tidak khusyuk, sulit untuk menangis karena hati telah membatu.

Contoh sederhana, adalah ghibah (bergunjing-membicarakan orang lain) perbuatan yang terkadang merupakan dosa besar, namun terkadang menjadi ibarat jihad. Para ulama yang sering membicarakan dan membantah ahlul bid'ah seperti Al-Imam Ahmad, Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qoyyim dll, kalau kita membaca tentang ibadah mereka, kekhusyukan mereka, maka sungguh kita mendapatkan keajaiban tentang khusyuknya ibadah mereka. Padalah mereka sedang berghibah ria, akan tetapi ghibah yang mereka lakukan dan mereka torehkan dalam tulisan-tulisan mereka adalah jihad di jalan Allah, untuk membela sunnah Nabi shallahu 'alaihi wasallam.

Bandingkan dengan diri kita atau sekelompok saudara kita yang berghibah dengan berdalih membela agama Allah, ternyata ghibah tersebut adalah hanya dibangun diatas dugaan, hasad, meningkatkan pamor, demi membela harga diri sendiri dan sebab-sebab dunia lainnya. Maka hasilnya kepala menjadi pening, hati menjadi keras dan membatu, sulit untuk meneteskan airmata dll. Wallahul Musta'an.

Yang merupakan ujian terberat adalah tatkala seseorang didzolimi oleh orang lain dan sekalian juga orang tersebut melakukan kemungkaran. Bagaimana dia memanage marahnya dan membungkusnya dengan sikap memaafkan terhadap orang yang telah menyakitinya. Disinilah teruji keikhlasan seseorang...tuduhan dan celaan yang mengenai dirinya dia maafkan, dia abaikan karena Allah...karena dia takut marahnya malah akan menimbulkan dosa bagi dirinya sendiri. Inilah yang sulit. 
Hanya orang yang ikhlas dan bisa menata hatinya yang bisa selalu menempatkan rasa marahnya.


www.firanda.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar