Shalat merupakan tiang agama. dan shalat juga adalah rukun Islam yang ke-2. dan ia juga pembeda antara mu'min dan kafir. oleh karenanya sebagai seorang mu'min yang baik, haruslah kita memperhatikan kualiats shalat kita masing-masing. salh satunya adalah khusyu'.
Namun, kita semua menyadari banyak di atara kita semua termasuk penulis sendiri masih sulit untuk khusyu' dalam shalat. berikut jawaban dari permasalahan terkait sulitnya khusyu' dalam shalat oleh Ust Arifin Ilham. semoga dengan mengetahui penyebab sulitnya kita untuk khusyu' dalam shalat, mudah2an kita bisa memperbaiki kualitas shalat kita.
Yg pertama, memang belum mengenal kecuali sebatas Tuhan. Belum mengenal sifat, af'al & AsmaNya. Ia yg menciptakan manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, saya, tubuhku, mataku, telingaku, jantungku, istriku, anak-anakku, seluruh yg kulihat, seluruh yg kudengar, seluruhnya yg bergerak, seluruhnya yg berada dilangit & dibumi, semua DihidupkanNya " Al Muhyi" & seluruhnya dapat DimatikanNya "Al Mumiitu". seluruhnya taat dalam kehendak "Al Muriidu" & KekuasaanNya "Al Qodiiru", Dialah yg mengatur semuanya "Ar Robbu", Dialah yg mengusai sekaligus mempunyai semuanya "Al Maaliku" (QS Ali Imran 26-27). Dirinya Maha Menatap "Al Bashiiru" tahu persis hati, pikiran & lintasan pikiran kita & Dirinya Maha Mendengar "As Samiiu". Mendengar gesekan daun, langkah semut & rintihan hati HambaNya.
Lantas sadarkah kita bahwa Ia yg segala galanya yg kita hadapi dalam sholat selama ini?, Bisakah hati & pikiran kita lari disaat sholat sementara Dia menatap hati pikiran kita? Seandainya demikian kok mampu maksiat sementara Dia terus menerus memperhatikan kita?
Yg kedua, lantaran belum faham bacaan, makna, hikmah, keutamaan, syarat & rukun sholat. Sehingga jadilah "sukaaro" shalat mabuk alias sholat tidak dengan rasa, tidak dengan pemahaman, tidak dengan penghayatan, tidak dengan keyakinan, kosong, hampa, seakan robot jasad tidak dengan ruh. "Alkusaala" malah terasa beban, buru-buru kepingin segera selesai, senangnya menunda-nunda waktunya, gerak sholatnya cepat seperti ayam matok. Surah & bacaan shalatpun komai kamit. Sahabatku, simaklah kalam Allah ini, "...Jangan Sampai kalian menegakkan shalat, sedangkan kalian dalam kondisi mabuk, hingga kalian memang paham apa-apa yg kalian baca dalam shalat kalian" (QS An Nisa 43).
Tonton orang mabuk berbicara berbuat tapi tak sadar apa yg dikatakan & apa yg diperbuat, saksikan orang shalat berdiri, bertakbir, baca ayat, rukuk, sujud, tahiyyat & salam, tapi tak sadar bahwa dia sedang berdiri, rukuk, sujud menghadap pencipta langit & bumi, tak sadar bahwa dirinya sedang berdialog bersama pencipta dirinya, yg maha menentukan segala-galanya.
Yg ketiga, dikarenakan tak sadar bahwa shalat itu merupakan "Almuhadatsah bainal makhluqi wa Khooliqi" dialog hamba terhadap khaliqnya, "Apabila salah satu orang dari kalian shalat, sebenarnya dirinya sedang berkomukasi dgn Allah" (HR Bukhori Muslim).
Coba saksikan dari adzan, panggilan diwaktu MenghadapNya, yg dipanggilpun yg bersyahadat, "Asyhaaduallaa ilaaha illallah wa ashhadu anna Muhammadar Rasulullah", yg tak beriman tak dipanggil, sebab itulah Rasulullah mengingatkan, "Yang membedakan kita bersama orang kafir merupakan shalat, sehingga siapa dgn sengaja meninggalkan shalat sehingga sungguh dia telah berperangai seperti orang kafir".
Menutup aurat MenghadapNya, menghadap kiblat dikarenakan memang konsentrasi jasad ruh, hati pikiran KepadaNya, terlebih berjamaah jadi rapi shaf & semua duniapun satu arah kiblat, lalu bersuci lantaran benar-benar menghadap Maha Suci, lalu berdiri tegap, takbir, membaca ifitah "inn wajjahtu wajhiyalilldzi fathoros samaawati wal ardho" hamba datang MenghadapMu duhai pencipta langit & bumi, taat patuh tunduk PadaMu. Inilah diantara komunikasi shalat yg belum dipahami. Lantas bagaimanakah khusyu' tanpa kesadaran ini, sahabatku...?
Yg keempat, lantaran sedikit kita yg paham bahwa dalam shalat selagi membaca Al fatihah berlangsung dialog hamba dgn Rabbnya. Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, "Barang siapa membaca surat Al-Fatihah, tiap-tiap ayat yg dibaca itu serentak dijawab oleh Allah", dulu Rasulullah mengemukakan dikala seseorang hamba bicara, ''Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam". Allah menjawab, "Hamba-Ku telah Memuji-Ku". Seorang hamba bicara, ''Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang". Allah menjawab, "Hamba-Ku Memuji-Ku". Seorang hamba berbicara, ''Raja di hari pengadilan". Allah menjawab, "Hamba-Ku mengagungkan Diri-Ku. Hamba-Ku berserah diri Kepada-Ku". Seseorang hamba berbicara, ''Hanya Engkaulah yg kami sembah, & hanya Kepada-Mu kami memohon pertolongan". Allah menjawab, "Inilah pertengahan antara Saya & Hamba-Ku, & bagi Hamba-Ku apa yg ia minta Aku berikan". Seorang hamba bicara, ''Tunjukilah kami jalan yg lurus, jalan yg sudah Engkau anugerahkan terhadap mereka, bukan mereka yg kena murka & bukan mereka yg sesat.'' Allah menjawab, "Ini milik Hamba-Ku, & bagi Hamba-Ku apa yg dirinya minta Aku berikan".(Hadist Qudsi, HR Muslim).
Sebab itu sahabatku, mulailah bacanya pelan-pelan dgn kesadaran & keyakinan "thuma'ninah", sungguh Allah menjawab tiap-tiap ayat yg kita baca..."
Yg kelima, dikarenakan "hubbub dunya" amat sangat mencintai dunia, "the money is the first and the final of life, no money no happy" maka hati pikirannya senantiasa dipenuhi oleh segala sesuatu yg bersifat duniawi, uang, dollar, makan minum, keluarga, target-target business, masalah-masalah, berkhayal dsb. & itulah yg di ingat-ingat dalam shalat, hingga apa yg dinamakan oleh Rasulullah, "hatta yansa kam rok atan laka" hingga dirinya lupa telah berapa rakaat dirinya telah shalat", sehingga tak heran diwaktu sholat yg selayaknya hati pikirannya konsentrasi dalam sholat malah ingat dunia.
Sahabatku, simaklah Kalam Allah surah Al Maa'uun ayat 4 & 5, "Celakalah orang-orang yg mengerjakan shalat yg hati pikirannya lalai terhadap Allah". Lalai hatinya lantaran dunia "ball tu'tsiruunal hayaatad dunya" (QS Al A’laa 16). Sebab itu sadarilah hidup kita tak lama di dunia yg fana ini, shalatlah seakan shalat terakhir hidup, simaklah sabda Rasulullah, "Bila engkau melaksanakan shalat sehingga shalatlah anda, seperti orang yg akan meninggalkan alam fana" (HR Ibnu Majah dan Imam Ahmad).
Yg keenam, dikarenakan makan minum yg haram, baik secara zat "lizaatihi" seperti anjing, babi, alkohol, narkoba & sebagainya. Atau cara mencarinya secara haram, "linailihi", walau halal zatnya seperti makan tempe tahu halal namun sebab cara mencarinya bersama berdusta, menipu, sumpah palsu, terima sogokan, korupsi dan seterusnya, sehingga tetap haram, seakan beliau makan tempe tahu tapi sebenarnya dia makan anjing & babi, itulah yg dinamakan "rijsun min amalisy syaithon". Najis dikarenakan amalnya atau "roddudzdzakaat" sebab menolak zakat, sehingga hartanya bercampur dgn hak faqir miskin, kotorlah hartanya. Semuanya jadi hijab hati & hijab hubungan pada Allah, walhasil shalatnyapun tak di terima, Allah "subbuuhun" Maha Suci hanya menerima yg suci. Ingat komentar Rasul kepada orang yg menangis sewaktu berdoa, "hampir saja saya mengira doanya diijabah Allah, tetapi Jibril memberitahuku bahwa orang itu menyukai menipu, lantas bagaimana Allah menjawab si penipu, baju & makanannya dari hasil menzalimi orang lain?" Sadarilah ketika shalat kita berhadapan zat Yg Maha Suci!.
Yg ketujuh, dikarenakan shalatnya tetap disertai "Al fahsyau" berbuat maksiat seperti berdusta, mabuk, buka aurat, berjudi, berzina, dari zina mata menonton yg porno, tangan meraba, pikiran berkhayal hingga zina kemaluan, "adzdzunuubu kaafilatul quluubi" dosa-dosa maksiat itu jadi "cover" penutup hati.
Alwaqi, guru Imam Syafii' berbicara, "nurullahi la yuhda lil a'shi", sungguh cahaya nur hidayah Allah tak dapat masuk terhadap hati yg tertutup gelap dikarenakan maksiat. Inilah umumnya yg terjadi pada "tukang shalat" bukan "penegak shalat", STMJ sholat rajin maksiat tekun, ritual kebiasaan tidak dengan disertai amal yg berkwalitas, akhirnya lagi lagi kosong, tak ada "atsar" pengaruh, ini sekaligus jadi jawaban kenapa ada orang shalat namun susah khusyu'. Ya gimana khusyu' maksiat terus sich!. Imam Ghazali berkata, "Sungguh, sekali dusta sudah cukup membuat sholatnya terhijab terhadap Rabbnya".
Yg kedelapan, dikarenakan shalatnya disertai "al munkar", berbuat zalim, menganiaya, menipu, menggunjing, memfitnah, merendahkan orang lain dengan cara terang-terangan atau dengan cara diam diam, dalam hatinya merendahkan orang lain, menghina, memukul lebih-lebih hingga membunuh orang lain. Ini juga jadi hijab besar, lantaran Allah hanya menerima ibadah yg membuat hamba itu menghinakan diri DihadapanNya & yg membuat ia rendah hati pada MahlukNya.
Cukup shalat itu dapat dianggap dusta apabila tak memperhatikan yatim piatu & fakir miskin (QS Al Maun 1-3). "Cuek, masa bodoh, pelit, emangnya gue pikiran" dsb telah cukup dianggap pendusta shalat, pendusta agama terlebih hingga berbuat aniaya. & ini seluruhnya bukan akhlak hamba Allah yg sholat, orang shalat itu belas kasih, santun, pemaaf, murah senyum, dermawan & rendah hati, sahabatku.
Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah menerima sholat hamba HambaNya yg rendah hati". Sekali lagi sahabatku, HambaNya yg mengenal Allah dapat menghinakan diri dihadapan Allah & buahnya rendah hati dihadapan MahlukNya.
Subhanallah, semoga kita semua mampu meningkatkan kualitas ibadah kita dengan menjalankan shalat dengan khusyu'..Amin..
Sumber : suara-islam